Melayuadalah satu kaum yang beragama Islam, berbahasa Melayu dan mengamalkan budaya Melayu Malah, kita sering diingatkan supaya terus memelihara serta menjaga seni, budaya dan warisan agar tidak terus hayut dibawa arus kemodenan Syarikat korporat Cina di Malaysia mengikut Gomez (1999) mempunyai asas keusahawanan Terdapat ramai buruh dari - Tari modern atau modern dance merupakan satu bentuk tarian yang terbentuk dan berkembang sejak awal abad ke-20. Tari modern dipelopori oleh penari-penari dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat yang keluar dari batasan-batasan yang kaku seperti tari balet klasik. Sejak munculnya tari modern, terus mengalami perkembangannya hingga sekarang. Perkembangan tari modern secara alami dan sesuai dengan tuntutan zaman. Perkembangan jenis tarian yang ada didasari oleh kreatifitas dan inovasi yang dilakukan. Dikutip dari buku Mencipta Lewat Tari Tertulis 1990 karya Hawkins, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak, sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya. Hal ini menjadi dasar perkembangan tari sehingga memiliki beberapa juga Tari Modern Pengertian dan Cirinya Jenis tarian baik itu modern atau tari tradisi didasarkan pada ciri khas masing-masing dan juga dimana tarian tersebut berkembang. Tari modern sendiri memiliki keunikan mulai dari gerak, musik iringan, ritme dan lain sebagainya. Berikut beberapa jenis tari modern Balet Menurut Britannica Dictionary of Art, balet adalah seni tari teatrikal yang diajarkan secara sekolah formal yang dipadukan dengan elemen artistik seperti musik, kostum dan dekorasi panggung.
Salahsatu tujuan dibuatnya aplikasi lpb pda adalah untuk efisiensi kertas (paperless). 1 hours ago. Komentar: 0. Dibaca: 188. Share. Like. Kiat Bagus Tujuan. 2012 LAPORAN KETUA AUDIT NEGARA SIRI 1 PENGURUSAN AKTIVITI BADAN BERKANUN PERSEKUTUAN DAN PENGURUSAN SYARIKAT SUBSIDIARI Untuk Mengetahui Tindakan-Tindakan Yang Telah/Sedang/Akan Diambil
Dikutip dari menyatakan bahwa Transformasi adalah suatu perubahan rupa baik itu bentuk, sifat fungsi dan lainnya juga perubahan pada struktur gramatikal dengan cara menambah, mengurangi atau menata ulang suatu Tari adalah gerak tubuh secara ritmis sebagai bentuk ungkapan dari ekspresi jiwa si pencipta gerak sehingga menghasilkan unsur keindahan dan makna yang bisa ditarik kesimpulan yang singkat bahwa transformasi tari adalah suatu perubahan bentuk tari baik secara fungsi tari, struktur tari, sifat tari musik tari, busana tari dan unsur pendukung tari lainnya kedalam bentuk Tari oleh pixabayBerbagai Bentuk Transformasi Tarian Indonesia terdapat beragam jenis tari tradisional yang kita kenal mengingat karena indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang tentunya memiliki beragam jenis tarian yang berasal daerah atau pulau yang tari ini tidak lepas pula dari budaya dan kultur masyarakat kepulauan yang menghuninya. Tarian tradisional jawa seperti jaipongan misalnya tentu tidak akan sama dengan tarian jenis lainnya yang berasal dari pulau yang berbeda dikarenakan budaya dan adat istiadat atau kebiasaan yang berbeda ini kami akan coba sajikan beberapa jenis tarian yang dapat ditransformasi berdasarkan wilayah kepulauan di seluruh Tari Pa'dupa Sulawesi pa'dupa merupakan tari sakral yang awal mulanya di lakukan hanya untuk menjemput para karaeng atau para petinggi daerah melalui perkembangan zaman akhirnya bertransformasi menjadi tairan yang bersifat sekarang ini tarian ini sudah sering di gunakan secara umum sepeti menjemput pengantin baru, di pentaskan secara massal, atau diperlombakan dalam ajang pagelaran tari itu ada lagi tari sakral paroyong yang juga hanya diperuntukkan untuk keturunan karaeng dimasa lalu yang secara tidak langsung mulai bertransformasi menjadi tarian yang bersifat umum yan gkurang lebih hampir sama dengan tari pa' Tari Jaipongan Jawa jaipong merupakan bentuk transformasi atau pengembangan dari taru ketuk tilu yang telah ada sekitar tahun 1809 dimana ketika dibuatnya grote pas weg, terian ketuk ini telah dikenal oleh masyarakat luas terkhusus di jawa barat sebagai tari pergaulan dikalangan ketuk tilu ini merupakan tarian rakyat tradisional yang memiliki tata rias dan busana yang khas. Tarian ini berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut dengan 'ketuk' sejumlah 3tilu buah .Seperti musik pengiring tarian lainnya, instrumen ketuk tilu dimainkan secara kontenporer atau gabungan dari berbagai jenis alat musik atau instruen musik tradisional yang menciptakan harmoni lagu yang khas pengiring tarian maupun Tari Deo Kayangan Kayangan pada mulanya merupakan sebuah ritual untuk prosesi pengobatan penyakit abstrak yang konon katanya disebabkan oleh kekuatan goib yang pimpin oleh seorang dukun melayu yang bernama Tuk dengan berjalannya waktu, kepada Tuk Damai para masyarakat kemudian memintanya agar ritual tersebut dijadikan sarana hiburan dengan menggunakan imitasi Deo Kayangan yang dijuluki dengan oleh Wan Harun Ismail Deo Kayangan kemudian di transformasi menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan yang kemudian ditampilkan pada acara parade tari di kota Tari Bedana Tradisi Bedana yang berasal dari Lampung ini awal mulanya merupakan tari tradisi yang dibawa oleh orang Arab sekitar tahun 1930 yang kemudian diajarkan kepada 3 oran ganak yaitu Ma'ruf, Amang, dan Abdullah yang kemudian mereka menyebar luaskan tarian ini diseluruh daerah bedana kemudian akhirnya berakar sebagai tari tradisional yang mencerminkan sebuah pandangan hidup serta alam lingkungan yang ramah dan seiring dengan berkembangnya zaman serta pemahaman masyarakat akan tarian Bedana ini sehingga pada saat ini diasumsikan bahwa tari Bedana telah mengalami transformasi didalam Bedana akhirnya bertransformasi menjadi Tari Bedana Kreasi yang dibuktikan dengan adanya perubahan Formasi penari yang bersifat kelompok dan juga tari Bedana ini sudah bisa di tarikan pada acara - acara adat ataupun acara hiburan lainnya termasuk acara kawinan dan khitanan yang kemudian tarian ini dikenal dengan Tari Kreasi Tari Srimpi Kota Madura terdapat sebuah pertunjukan tradisional yang disebut dengan Loddrok yang didalamnya terdapat sebuah Tari yang disebut dengan Tari Srimpi yang di perankan oleh 6 orang laki-laki yang menggunakan busana ini juga telah mengalami trasnformasi tari kedalam bentuk baru yang terjadi 2 kali yakni di tahun 2002 dan tahun tahun 2002 Tari Srimpi mengalami transformasi dari segi busana dan penambahan gerakan jogetan atau saweran yang diikuti dengan pada tahun 2005, Tari Srimpi di transformasi lagi pada busananya dan iringan musiknya dimana transformasi ini cukup banyak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang membuat tari ini yang mulanya berbentuk tari klasik akhirnya perlahan menjadi tari bebrapa penjelasan singkat yang membahas tentang salah satu bentuk transformasi tarian tradisional dari berbagai daerah semoga bermanfaat dan terimakasih.

Prosestransformasi konflik dapat dilihat dari beberapa bentuk intervensi konflik. lntervensi konflik adalah masuk ke dalam sistem hubungan yang sedang berlangsung dan melakukan kontak dengan beberapa pihak yang berkonflik untuk membantu mereka menyelesaikan konflik. Bentuk dan tingkatan intervensi konflik tersebut antara lain: 1.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_300758" align="aligncenter" width="521" caption="Tari Gambyong Massal doc Saya memang bukan penari, cuma pernah mengambil kelas tari selama 2 tahun dulu sewaktu di SMA. Itu saja karena ikutan teman-temannya yang hampir semuanya mengambil kelas seni tari. Padahal saya sama sekali tidak ada latar belakang atau darah seni, apalagi seni tari. Jadi mengambil kelas tari memang suatu keterpaksaan, karena tidak ada pilihan lain yang bisa. Bagi saya mending dapat banyak teman, walaupun tidak bisa menari, daripada saya tidak dapat apa-apa. Itulah awalnya saya mengambil kelas tari. Apa boleh buat, yang penting nilai kesenian saya bisa terpenuhi daripada kosong. Sebenarnya ada kelas seni yang saya sedikit berminat, yaitu seni musik. Tapi sayangnya yang dipelajari adalah teori musiknya yaitu not balok serta seluk beluknya. Sementara saya tidak tahu banyak dengan not balok. Akhirnya sudahlah saya belajar seni tari. Saya pikir kalau saya mau belajar mungkin bisa. Anehnya saya belajar seni tari selama 2 tahun, tidak ada satu tarian pun yang hafal. Jangankan menari sendiri, bersama-sama dengan temannya saja sering salah, karena saya tidak hafal urutan gerakannya. Bukan hanya itu, saya juga tidak bisa menyesuaikan antara gerakan tangan dengan irama kendangnya. Padahal teman-teman saya yang lain sampai hafal urutan gerakannya. Kapan harus mulai menggerakan kaki, tangan dan kepalanya. Semuanya harus selaras dengan lagu dan kendang yang ditabuhnya. Untuk menutup kekurangan yang saya miliki, saya berusaha untuk selalu hadir, baik di kelas maupun di tempat latihan. Paling tidak saya tahu diri, kalau saya memang harus menunjukkan minat untuk belajar. Hanya mungkin karena saya telat belajar tari, yang membuat saya begitu sulit untuk mengingat perpaduan setiap gerakan dan kendangnya. Makanya, nilai berapa pun yang saya peroleh bagi saya sudah sangat berarti, karena memang begitulah kemampuan maksimum saya untuk mengingatnya. Pengalaman yang menarik justru saat diadakan tarian massal untuk menyambut kedatangan tamu. Semua murid yang mengambil kelas tari diwajibkan ikut ambil bagian. Latihan kemudian digalakkan menjelang puncak acara tarian massal ini. Namun bagi saya sama saja, mau ada pertunjukkan atau tidak, karena saya memang tidak bisa menghafalkan gerakan tarian dari awal sampai akhir. Perubahan yang ada pada saya, hanyalah bertambah rajin saja saya keluar untuk latihan. Jadi saya mungkin termasuk yang beruntung, walaupun tidak bisa menari saya diikutkan dalam tarian massal itu. Apalagi tarian ini diadakan di alun-alun Kebumen dan banyak peserta yang ikut. Jadi pengaruh saya memang tidak kentara sekali disana. Ternyata menjadi orang yang tidak berpengaruh pun masih dibolehkan ikut. Walaupun sebenarnya malu juga karena tidak punya peran. Tapi tak apalah karena saya menganggap masih sekedar latihan. Apa itu Tari Gambyong? Tari Gambyong adalah tarian yang kini sudah biasa dipakai sebagai tarian massal. Tarian ini merupakan salah satu bentuk tari tradisional Jawa. Konon tari gambyong ini merupakan hasil perpaduan antara tari rakyat dengan tari keraton, yang dipersembahkan untuk penyambutan tamu atau mengawali suatu resepsi perkawinan. Rerata penarinya masih muda dan berparas cantik. Sebagai salah satu seni pertunjukkan, tari gambyong memberikan sajian keindahan tersendiri bagi siapa saja yang menyaksikan, sehingga sangat cocok untuk dijadikan objek wisata seni budaya. Sebenarnya tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari ciri khasnya adalah tarian ini dibuka dengan gendhingpangkur. Makanya tarian akan terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Konon tari gambyong tercipta berdasarkan nama seorang waranggana – wanita terpilih, wanita penghibur atau seorang penari jalanan tledhek yang bernama si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta 1788-1820. Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita yang pandai membawakan tarian yang sangat indah dan lincah. Nama lengkap waranggana tersebut adalah Mas Ajeng Gambyong. Tak heran, akhirnya dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong. 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya

TariTunggal adalah salah satu bentuk dari presentasi tarian yang dapat ditarikan oleh penari yang berhubungan dengan pertunjukan tari yang sebelumnya dan dapat mainkan dengan keterampilan. Tari tunggal juga dapat di lakukan sendirian atau secara kelompok, supaya lebih mudah dipelajari dan dapat dilakukan dengan unsur kekompakan yang dibutuhkan.

Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 178 FKIP Universitas Lampung Transformasi Tari Bedana Tradisi Menjadi Tari Kreasi Oleh Riyan Hidayatullah1 , Indra Bulan2 FKIP, Universitas Lampung Email Abstract. Bedana Dance is one of Lampungnese traditional arts. This dance was brought by the Arabs in 1930 who later taught it to three children named Ma'ruf, Amang, and Abdullah. They then spread this dance to all corners of Lampung. Bedana Dance is a traditional dance that has its roots and is perceived as a symbol of a very wide tradition about the view of life as well as a friendly and open environment. In time, it is assumed the bedana dance has undergone a fairly strong transformation. This dance has evolved into bedana dance creations. There is a change in the formation of dancers who are group, in addition to the dance of the bedana has also been danced in traditional events and other entertainment events. In this study, descriptive method is used to find and describe the form of motion danana dance and the meaning of motion dance traditional dress become creations. This new dance is famous for the term new dance creations. Similarly with Bedana Dance, where the dance was originally a traditional dance, but as many developed so that the models and equipment used in dance bedana also experienced a change. Keywords Dance of creations, dance transformation, Lampung Abstrak. Tari Bedana adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Lampung. Tari ini dibawa oleh orang Arab pada sekitar tahun 1930 yang kemudian diajarkan kepada tiga orang anaknya bernama Ma’ruf, Amang, dan Abdullah. Mereka lalu menyebarkan tarian ini ke seluruh pelosok daerah Lampung. Tari Bedana adalah tari tradisional yang telah berakar serta dirasakan sebagai suatu simbol tradisi yang sangat luas tentang pandangan hidup serta alam lingkungan yang ramah dan terbuka. Seiring dengan semakin berkembangnya waktu dan pemahaman masyarakat akan tarian bedana, sehingga saat ini diasumsikan tari bedana telah mengalami transformasi yang cukup kuat. Tari bedana tradisi telah berkembang menjadi tari bedana kreasi. Terlihat adanya perubahan formasi penari yang bersifat kelompok, selain itu tari bedana juga telah dapat ditarikan dalam acara adat maupun acara hiburan lainnya. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk gerak tari bedana dan makna gerak tari bedana tradisi menjadi kreasi. Tarian baru ini terkenal dengan istilah tari kreasi baru. Begitupula dengan Tari Bedana, dimana tarian ini awalnya merupakan tari tradisional, namun seiring banyak yang mengembangkan sehingga model dan perlengkapan yang digunakan dalam tari bedana juga mengalami perubahan. Kata kunci Tari bedana kreasi, Transformasi tari, Lampung AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 179 FKIP Universitas Lampung PENDAHULUAN Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang diperhalus dengan estetika Mustika, 201221. Sebuah seni tarian menuntut kecermatan dan kesempurnaan yang dibebankan kepada seorang penari dalam melakukan sebuah gerakan. Jadi, penari harus mapan dalam penguasaan materi dan penjiwaan maknanya Nusantara, 2007106. Dalam hal ini tari berarti mengandung arti perpaduan gerakan-gerakan indah dan ritmis yang disusun atau ditata sehingga dapat memberi kesenangan dan kepuasan bagi pelaku dan penikmatnya Firmansyah dkk, 19962. Daerah Lampung memiliki beraneka ragam tari tradisional sebagai cermin kehidupan masyarakat Lampung yang harus dipelihara dan dikembangkan, salah satunya adalah tari bedana. Tari bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah Lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung sebagai perwujudan simbolis adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dan kehidupan masyarakat. Menurut sejarah, konon kabar tari Bedana ini hidup dan berkembang di daerah Lampung seiring dengan masuknya agama islam. Tari Bedana hidup dan berkembang di daerah Lampung seiring dengan masuknya agama Islam. Pada mulanya Tari Bedana ditarikan oleh laki-laki secara berpasangan atau kelompok dan hanya dapat disaksikan oleh keluarga saja. Tari Bedana ditarikan pada saat anggota keluarga hatam Al-Quran. Melalui perkembangan zaman sekarang Tari bedana dapat ditarikan oleh laki-laki perempuan secara berpasangan ataupun perempuan saja dan dapat disaksikan oleh masyarakat umum. Menurut Endri Y., Ketua Seni Budaya PW Pemuda Muhammadiyah Provinsi Lampung Tari Bedana adalah salah satu kesenian tradisional masysrakat Lampung. Tari ini dibawa oleh orang Arab pada sekitar tahun 1930 yang kemudian diajarkan kepada tiga orang anaknya bernama Ma’ruf, Amang, dan Abdullah. Mereka lalu menyebarkan tarian ini ke seluruh pelosok daerah Lampung. Tari Bedana adalah tari tradisional yang telah berakar serta dirasakan sebagai suatu simbol tradisi yang sangat luas tentang pandangan hidup serta alam lingkungan yang ramah dan terbuka. Tari Bedana adalah sebuah kesenian rakyat yang bernafaskan Islam, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan anak muda Lampung dengan komitmen beragama. Tari bedana juga merupakan salah satu nilai budaya untuk mengintrospeksikan suatu AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 180 FKIP Universitas Lampung pergaulan, kasih sayang, dan persaudaraan, yang tulus dan ikhlas sebagai ciri dari sebuah ketradisionalan yang tak akan lepas. Tari ini ditampilkan secara berpasangan, sebaiknya putra dan putri. Satu keunikan bernilai plus dari tari berpasangan ini adalah bahwa ragam gerak tari bedana tidak memperkenankan penari bersentuhan dengan pasangannya. Hal itu merupakan refleksi sebuah pergaulan masyarakat dan muda-mudi yang harus penuh kehati-hatian dan saling menjaga kehormatan diri untuk tidak bersentuhan dengan orang yang bukan mahramnya. Filosofi tersebut tidaklah mustahil ada, sebab tari Bedana ini memang dibawa oleh orang Arab yang memiliki budaya demikian. Tari bedana sebagai salah satu jenis tari tradisional Lampung merupakan pewujudan simbolis dari adat istiadat dan agama dan telah menyatu dengan masyarakat Lampung. Menurut sejarah tari bedana hidup dan berkembang di daerah Lampung seiring dengan masuknya agama islam, sehingga tidak mengherankan jika di daerah lain di Indonesia memiliki kesamaan baik ragam maupun geraknya, yang memiliki fungsi yang sama pula, yaitu tari pergaulan Firmansyah, 19963. Seiring dengan semakin berkembangnya waktu dan pemahaman masyarakat akan tarian bedana, sehingga saat ini diasumsikan tari bedana telah mengalami transformasi yang cukup kuat. Tari bedana tradisi telah berkembang menjadi tari bedana kreasi. Tari tersebut merupakan tari pergaulan yang bisa disajikan tunggal, berpasangan, atau kelompok dengan menggunakan properti yang digunakan dalam berbagai acara. Tari Bedana yang tadinya ditarikan berpasangan pada masa sekarang ini hanya ditarikan secara kelompok dengan tambahan properti kipas hal ini membuat tarian bedana menjadi lebih menarik dan lebih bebas tidak terikat dengan nilai-nilai tradisi Dahulu tari ini merupakan tarian yang hanya disajikan untuk upacara adat sakral yang hanya ditarikan oleh penari yang ditentukan oleh tetua adat setempat, serta hanaya dapat ditampilkan ditempat tertentu. Tari Bedana merupakan tarian sakral yang hanya diadakan pada acara hatam qur’an tapi pada masa sekarang ini Tari Bedana dapat ditampilkan dimana saja kapan saja tanpa harus terikat dengan norma-norma adat. Berdasarkan asumsi yang telah berkembang ditengah masyarakat diatas maka diyakini saat ini tari bedana telah mengalami proses transformasi yang cukup kuat. Namun perubahan yang terjadi saat ini dalam tubuh tari bedana belum dapat dideskripsikan secara rinci mengingat belum ada penelitian yang mempetakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tari bedana tersebut. Oleh karenanya penelitian ini akan AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 181 FKIP Universitas Lampung mendeskripsikan dan menganalisis lebih dalam transformasi yang terjadi dalam tari bedana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk transformasi tari bedana tradisional menjadi tari bedana kreasi. LANDASAN TEORI Adapun paparan teori-teori yang dipinjam sebagai pisau analisis’ untuk membedah pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Teori Transformasi Istilah “transformasi” sangat erat dengan “perubahan”, yakni perubahan terhadap suatu hal atau keadaan. Dalam sebuah teks karya seni selalu mengalami perubahan sebesar atau sekecil apa pun itu, seperti yang telah disebut di atas bahwa makna kunci dari transformasi adalah perubahan. Sebuah karya tari yang dipertunjukkan pada satu bentuk, kemudian kembali dipertunjukkan dengan bentuk yang sama, tentu akan mengalami perubahan. Artinya meskipun dalam bentuk yang sama, namun jika dipertunjukkan pada waktu yang berbeda akan terjadi perubahan. Dalam hal teks tari bedana, dengan bentuk yang sama yakni dalam wadah tarian, kemudian mungkin sebagai upaya eksistensi diri dan perkembangan waktu mengalami perubahan bentuk. Perubahan yang terjadi mungkin dipengaruhi oleh lingkungan sosial, yang merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Dalam masyarakat suatu proses perubahan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut terjadi. Perubahan tari bedana menjadi tari bedana kreasi dipengaruhi oleh perubahan sosial yang berkaitan juga dengan perubahan budaya, khususnya keberadaan tari bedana itu sendiri. Untuk mengetahui bagaimana pola perubahan yang terjadi dan apa saja yang mengalami perubahan dalam tari bedana bisa dilihat dari unsur interaksi manusia, suasana lingkungan, dan kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Terkait dengan perubahan tari bedana tradisional menjadi tari bedana kreasi, transformasi diartikan AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 182 FKIP Universitas Lampung sebagai perubahan bentuk yang terjadi akan dianalisis dengan teori bentuk meliputi perubahan gerak, busana, musik, dan lain sebagainya. 2. Teori Bentuk Hadi dalam bukunya tentang kajian tari teks dan konteks’ merumuskan bentuk sebagai wujud yang diartikan hasil dari berbagai elemen tari yaitu gerak, ruang dan waktu. Elemen-elemen itu bersama-sama bersatu mencapai vitalitas estetis. Proses penyatuan itu mendapatkan bentuk yang disebut sebagai komposisi tari atau koreografi Hadi, 2007. Dengan teori koreografi diungkapkan bentuk gerak, teknik gerak, dan gaya gerak pada tari melinting sebagai seni pertunjukan. Pemahaman bentuk gerak meliputi kesatuan, variasi, repetisi, transisi, rangkaian, perbandingan, dan klimaks. Teknik gerak dipahami sebagai cara mengerjakan seluruh proses, baik fisik maupun mental, dalam mewujudkan pengalaman estetis sebuah komposisi tari. Gaya gerak lebih mengarah pada konteks ciri khas atau corak yang terdapat pada bentuk dan teknik gerak. Gaya gerak tersebut, menyangkut pembawaan pribadi maupun ciri sosial-budaya yang melatarbelakangi bentuk dan teknik dalam Tari Bedana. Analisis bentuk dikenal juga sebagai telaah struktural yang memandang fenomena gerak atau tari sebagai fenomena bahasa. Tari pada dasarnya adalah ekspresi, perwujudan yang berupa simbol-simbol dari perasaan manusia yang ingin dikomunikasikan kepada orang lain. Tari merupakan subjektivitas seniman pembuatnya, sehingga perlu dipahami tentang sistem dan aturan yang berlaku. Hal tersebut perlu dilakukan pada beberapa simbol dalam gerak tari agar dapat ditangkap arti dan maknanya. Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia. Tari merupakan keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak, sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan pencipta tarian tersebut Hawkins 19902. Tari adalah gerak-gerak ritmis baik sebagian atau seluruh anggota tubuh yang terdiri dari pola individu atau kelompok yang disertai oleh ekspresi atau ide tertentu Tim, 19965. Tari merupakan perpaduan pola-pola di dalam ruang yang disusun dan dijalin menurut aturan pengisian waktu tertentu Junaidi, 19965. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 183 FKIP Universitas Lampung manusia sesuai dengan motivasi tertentu, yang diungkapkan lewat gerak-gerak yang indah dan ritmis. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan objek penelitian sesuai dengan apa adanya Arikunto, 1996234. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk gerak tari bedana dan makna gerak tari bedana tradisi menjadi kreasi. Data-data yang diperlukan untuk menjawab bagaimana kedua masalah tersebut, maka diperlukan kajian yang lebih mendalam. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari materi, bahasa dan tindakan yang berkaitan dengan tari bedana di Bandar Lampung. Materi yang dimaksudkan adalah sesuatu yang berwujud tulisan tentang tari bedana. Bahasa atau kata-kata dan tindakan merupakan sumber data utama yang bersifat pengamatan dan wawancara berupa melihat, mendengar, bertanya kepada pendekar, pelatih, dan anggota. Sumber data ini dapat dicatat melalui catatan tertulis atau melalui pengambilan foto, rekaman suara, dan video visual recorder saat pementasan dan latihan. Ada bermacam-macam materi berupa sumber data kualitatif yang digunakan yaitu a. Observasi Pengumpulan data melalui observasi dilakukan, untuk mengamati secara langsung apa yang terjadi di lapangan. Dari observasi didapat gambaran tentang bentuk gerak dan makna tari bedana yang berkembang di Bandar Lampung. Dengan mengamati ragam gerak tari, musik, pola lantai, rias dan busana, serta properti yang digunakan. Penyajian ini diabadikan dengan cara pemotretan dan juga rekaman secara audio visual. Hasil pendokumentasian tersebut digunakan sebagai data primer. Usaha pengumpulan data secara observasi dilakukan di wilayah Bandar Lampung, khususnya yang di daerah yang menggunakan tari bedana dalam acara-acaranya. Pencarian data tari bedana di Bandar Lampung khususnya di Taman Budaya dilakukan sesering mungkin untuk mendapat data yang lebih objektif. b. Wawancara Data-data yang diperoleh dari narasumber, penting untuk dicatat dan dikaji secara mendalam. Penelusuran data tari bedana yang berkembang saat ini, lebih banyak menggunakan teknik wawancara. Teknik wawancara yang digunakan teknik AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 184 FKIP Universitas Lampung wawancara tidak terstruktur, yaitu peneliti berpedoman pada garis besar permasalahan yang akan ditanyakan Sugiyono, 2011. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, tetapi pertanyaan akan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik responden Moleong, 2007. Narasumber yang dipilih adalah yang mengetahui secara pasti dan terlibat langsung dalam kegiatan, serta wawancara dengan beberapa narasumber yang dianggap penting dalam kajian ini. Hasil yang diperoleh data informasi tentang tari bedana sesuai dengan apa yang ditanyakan, dokumentasi gambar, rekaman hasil wawancara, dan data pendukung lainnya. c. Studi Pustaka Penelaahan kepustakaan merupakan studi awal, guna mendapatkan informasi secara tertulis dengan melakukan pengumpulan dan mempelajari beberapa referensi. Referensi dapat diperoleh dari data-data tertulis berupa buku-buku, laporan penelitian, artikel, manuskrip, majalah, dan surat kabar yang berkaitan dengan Tari Bedana. Buku-buku yang dapat dipergunakan sebagai data adalah buku-buku koleksi pribadi yang terkait dengan penelitian, di antaranya buku deskripsi tari bedana dan beberapa buku yang menunjang untuk penelitian ini. Selain itu dilakukan juga tinjauan pustaka melalui penelitian berupa tesis, disertasi dan publikasi ilmiah lainnya. d. Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan foto-foto dan rekaman audio visual. Data-data tersebut dipergunakan untuk memperkuat bahwa proses penelitian benar-benar telah dilakukan. Selain itu data dokumentasi juga berupa data hasil wawancara yang berupa catatan dan rekaman, serta foto-foto dan gambar yang berkaitan dengan tari bedana. Teknik Analisis Data Hasil pengamatan yang telah diperoleh, yang dimulai dari pengumpulan data, yaitu mengidentifikasikan bentuk pertunjukan Tari bedana pada masa awal. Selanjutnya mengidentifikasikan bentuk pertunjukan Tari bedana yang berkembang saat ini sebagai seni pertunjukan pariwisata. Dilihat dari elemen-elemennya yang banyak mengalami perubahan. Mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab perubahan bentuk Tari bedana, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab perubahan adalah faktor ekonomi, pendidikan, teknologi, komunikasi, dan perubahan nilai budaya masyarakat. Dari faktor-faktor yang telah diuraikan akan mendapatkan suatu kesimpulan mengenai perubahan bentuk pertunjukan Tari bedana. AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 185 FKIP Universitas Lampung PEMBAHASAN Proses penyebaran agama islam di indonesia menggunakan berbagai cara. Salah satu metode yang digunakan yakni dengan memanfaatkan kesenian. Pada perkembangannya penyebaran islam seringkali memanfaatkan seni tari, seni bangunan, seni musik, dan seni rupa. Dalam berbagai kegiatan keagaamaan pertunjukan kesenian tersebut tampak dipentaskan atau ditampilkan oleh masyarakat, baik untuk tujuan sebagai hiburan maupun sebagai media pembelajaran islam kepada masyarakat. menurut Hearbert Read seni merupakan usaha penciptaan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Kesenangan-kesenangan yang dimaksud ialah kesenangan dalam estetika. Di provinsi lampung penyebaran agama islam dengan menggunakan kesenian sangat berkembang dengan baik. Berbagai kesenian hidup dan berkembang di tengah masyarakat. hingga kini kesenian tersebut terus hidup dan dicintai oleh masyarakat. kesenian yang berkembang di lampung yakni Tari Bedana, Hadroh, dan bershawalatan. Tari bedana merupakan tari tradisional kerakyatan daerah lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat lampung sebagai perwujudan simbolis, adat istiadat, agama, etika yang telah menyatu dalam kehidupan Tari Bedana diperkirakan sudah berabad-abad lamanya seiring dengan kedatangan saudagar yang melakukan perdagangan ke lampung bedana sebagai sebuah hasil karya tari tradisional saat ini semakin tergerus dengan zaman modern. Di dunia hiburan, tari tradisional sulit bersaing dengan tari modern. Hal tersebut dapat dimaklumkan mengingat sang penikmat hiburan memiliki selera yang selalu meningkat di setiap waktunya. Sedangkan tari tradisonal tidak dapat mengimbangi dikarenakan masih bersifat sederhana dan monoton atau sebaliknya rumit dan sulit dipahami. Melihat fenomena tersebut, banyak kemudian seniman yang mencoba mengembangkan tari-tari tradisional menjadi tari kreasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Berbagai upaya pengembangan dilakukan oleh para seniman-seniman penari/koreografer klasik pada masanya. Terutama ketika kebebasan berpendapat atau berkarya telah dibuka oleh peradaban, maka pergerakan tarian klasik mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tarian klasik bukan lagi milik istana, namun AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 186 FKIP Universitas Lampung semua lapisan masyarakat telah bebas untuk memelihara atau bahkan mengembangkan tarian ini. Dari sinilah kemudian lahir karya-karya baru tari klasik yang dikembangkan oleh tokoh- tokoh tari pada waktu itu dengan memberikan tema-tema baru dalam tariannya. Tarian baru ini terkenal dengan istilah tari kreasi baru. Begitupula dengan Tari Bedana, dimana tarian ini awalnya merupakan tari tradisional, namun seiring banyak yang mengembangkan sehingga model dan perlengkapan yang digunakan dalam tari bedana juga mengalami perubahan. Pada masa sekarang tari bedana ditambahkan menggunakan properti. Properti merupakan alat atau apapun yang dimainkan oleh penari di atas panggung arena pentas. Kehadiran properti biasanya digunakan untuk membantu memperjelas karakter, peristiwa, ruang, atau bahkan memamerkan ketrampilan teknik dari para penari di atas panggung. Busana Tari Bedana Segala macam benda yang melekat pada tubuh penari, selain berfungsi sebagai penutup tubuh, juga memperindah seseorang dalam tampilannya. Tata rias dan busana dalam seni tradisi kita masih memiliki fungsi yang sangat penting. Kehadirannya dalam sebuah pertunjukan tari, keduanya apakah tatarias atau tatabusana secara umum dapat memperkuat ekspresi, penokohan, serta keindahan. Selain itu ia juga dapat memberikan menggabarkan peristiwa di atas panggung tentang siapa, kapan, dan dimana peristiwa yang digambarkan dalam pertunjukan itu terjadi. Begitu pula dalam kostum busana yang dikenakan dalam tari bedana disetiap provinsi memiliki ciri khas masing masing sesuai dengan karakter dan lingkungan yang bersangkutan. Di provinsi lampung busana tari bedana memiliki beberapa varian, namun sebagian besar busana tersebut hampir sama atau serupa. Busana tari bedana meliputi sebagai berikut a. Busana Tari Bedana Wanita 1. Penekan rambut 2. Belatung tebak/sanggul malam 3. Gaharu kembang goyang/Sual Kira 4. Kembang melati/Kembang melur 5. Subang Giwir /anting-anting 6. Buah jukum/Bulan Temanggal 7. Bulu Serattei/Bebiting AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 187 FKIP Universitas Lampung 8. Gelag Kano/ gelang Bibit 9. Kawai kurung / Betuppal b. Busana Tari Bedana pria 1. Kikat akinan/Peci sebagai ikat kepala 2. Kawai teluk belanga/ Belah Buluh 3. Kain bidak gantung/Betumpal sebatas lutut 4. Bulu sarattei/ Beibting c. Pemakaian Busana Tari Bedana Dalam pemakaian busana wanita terbilang cukup mudah dan tidak terikat oleh pola-pola atau syarat-syarat tertentu yang penting rapih, pantas dan serasi. Setelah wajah dirias, rambut dirapihkan dan sanggul malang dipasangkan, tusukan kembang melati yang ditata sedemikian rupa diatas sanggul supaya terlihat indah dan rapih. Ikatkan penekan rambut di tengah-tengah dahi kemudian tarik ke belakang dan ikatkan ujung kiri kanannya diantara kepala dengan sanggul lalu rapihkan kedua ujungnya. Pasangkan gaharu kembang goyang/ sual kira tepat di tengah kepala bagian belakang, sejajar dengan penekan rambut tadi. Usahakan gaharu ini menutup kedua ujung penekan, pakailah subang giwir/anting-antingnya pada kedua telinga kiri dan kanan. Apabila bagian atas kepala sudah selesai dan rapih dilanjutkan dengan memakai kain tapis/Betupal. Ikatlah bagian pinggang dengan tali dengan kencang agar tidak melorot, ratakan ujung tapis bagian bawah sebatas mata kaki, jangan terlalu ke bawah atau terlalu tinggi karena akan mempengaruhi gerak tari. Pada bagian dada kenakan long torso, usahakan agar ikatan tapis pada bagian pinggang tertutup, kemudian memakai baju kurung, terakhir kenakanlah asesoris-asesorisnya seperti kalung buah jukum/bulan temanggal, bulu serattei/babitting dan gelang kano/bibit. Yang perlu diingat bagi penari Bedana wanita, tapis tidak boleh dipakai seperti gantung pada pria, selain kurang pantas dilihat juga tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia. Untuk pemakaian busana pria, sang penari mengenakan baju teluk belanga atau belah buluh, kemudian memakai kain bidak/ betumpel sebatas lutut. Pada bagian pinggang bagian atas ikatkan bulu serattei/bebiting. Setelah rapih dan kuat baru kita memakai ikat kepala/peci. Ada beberapa cara untuk mengikatkan ikat kepala pada penari, antara lain Kelupak Taduk, Gulo Sekirik, Punai Meghem, Tanjak, Layar Tekember, Elang Bekekhang dan Elang Hinggap a. Cara memakai ikat kepala kelopak Taduk Kikat AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 188 FKIP Universitas Lampung akkinan berbentuk segi empat, dilipat diagonal sehingga lipatannya membentuk sebuah segitiga. Pada garis diagonalnya dilipat-lipat selebar tiga jari tangan ± 6 cm sehingga segitga besar tadi menjadi segitiga yang tinggi garis tengahnya ± 25 cm, kemudian puncak dari segitiga letakkan di belakang kepala, dengan puncaknya kebawah. Kedua ujung kanan dan kiri dilingkarkan ke depan sampai di tengah dahi tepat di atas alis setengah hidung, belitkan sehingga ujung kanan menjadi sebelah kiri dan ujung kiri menjadi bagian sebelah kanan, tarik ke belakang dan ikatkan di belakang kepala. Sesudah itu puncak dari segitiga yang ke bawah tarik keduanya ke atas sehingga tegak, ujung segitiga bagian dalam dilipat seperti tadi kira-kira di atas lipatan yang terdahulu. A. Musik Tari Bedana Menurut Marwansyah mengatakan, bahwa “musik dan tari adalah sebagai alat komunikasi melalui bunyi dan gerak bagi setiap insan pencinta dan pelaku seni.” Marwansyah, 1992 8. Secara tradisional musik dan tari sangat erat hubungannya, keduanya saling membutuhkan, karena keduanya mempunyai sumber yang sama, yaitu dorongan dan naluri ritmis manusia. Dalam musik Tari Bedana terdapat bunyi atau suara untuk mengiringi tari dapat dihasilkan oleh penari itu sendiri, seperti tepuk tangan, hentakan kaki ataupun bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh perlengkapan penari yang dipakai, bahkan ada kalanya menggunakan teriakan-teriakan vokal, hal ini menimbulkan kesan riang dalam pertunjukkan Tari Bedana. Tari Bedana memiliki beberapa ciri khas, antara lain Lagu pengiring tari Lagu dalam tari Bedana merupakan keharusan,karena lagu yang dilantunkan dapat merupakan panduan untuk perubahan gerak atau lagu yang mengiringi tari Bedana bersifat gembira yang bersumber dari salawat nabi, sagata, adi- adi,wayak atau pantun seperti lagu penayuhan,lagu mata kipt,lagu bedana dan antara penari dan pemusik pengiring tari sangat erat, sehingga antara gerak, komposisi dan musik tari dapat diatur sedemikian rupa, seperti tempo, suasana, gaya, dan bentuknya dapat ditata oleh penata tari dan penata musik. Musik Tari Bedana menggunakan alat musik tradisional tumbuhnya dan keberadaaan alat musik di daerah Lampung sangat erat hubungannya dengan upacara adat, seperti 1. Talo Balak 2. Kulintang Pekhing 3. Gambung Lunik 4. Karenceng 5. Serdam 6. Serdap dan berdah AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 189 FKIP Universitas Lampung Untuk mengiringi musik tari Bedana masih digunakan alat musik tradisional yang sederhana walaupun tidak menutup kemungkinan dipakainya alat musik moderen sebagai musik tambahan atau sarana untuk menunjang, selama tidak mengurangi nilai dan ciri khas daerah Lampung. Alat musik pengiring tari Bedana yang lazim dipakai adalah Alat musik Gambus Lunik, yaitu sebuah alat musik tradisional daerah Lampung yang dipetik, dawai berjumlah empat hingga menghasilkan nada yang dominan, yang biasanya mengiringi lagu- lagu tari bedana seperti lagu Selimpat, lagu penayuhan lagu bedana dan lain-lain. Alat musik ini biasa dimainkan atau dipetik sekaligus membawakan lagu yang berirama Salimpat atau Bedana. Alat ini dibuat dari kayu nangka yang berdawai dengan urutan dibawah ini a. Tali Kuint b. Tali Genda c. Tali Goro d. Tali Tala 2. Ketipung, yaitu alat musik yang biasanya digunakan untuk mengiringi tari Bedana dan lagu-lagu tradisional. Alat musik berikutnya adalah Karenceng Terbangan, yaitu alat musik yang dibuat dari kayu nangka yang fungsinya sama dengan ketipung atau lebih dominan alat musik ini sebagai pengiring arak-arakan. Selain itu Alat ini berfungsi sebagai gendang atau pengatur tempo dalam gerakan tari Bedana. Simbol notasi Karenceng atau Ketipung tang pukulan bagian samping dung pukulan bagian tengah cang untuk pukulan tahto/tahtim. Selanjutnya Alat musik pengiring tambahan biasanya dipakai Gong kecil bahkan untuk lebih semaraknya dapat pula dipakai alat-alat musik modern seperti Biola, Accordian, dan lain-lain. Alat-alat tersebut pada mulanya digunakan untuk sarana upacara adat atau tari yang berfungsi sebagai sarana adat. Penyajian musiknya belum menggunakan acuan penataan musik tertentu pada umumnya bersifat monoton dan belum ada suatu patokan yang menjadi pedoman penari secara naluri saja. Bentuk lagu ataupun tabuh yang disajikan pada umumnya berdiri sendiri, walaupun ada tabuh atau musik yang berkaitan itu hanya kebetulan secara naluri. Dengan perkembangan tekhnologi musik Tari Bedana di kolaborasikan dengan alat musik modern seperti biola, orgen, perkusi, dan drum alat band, sehingga menyajikan tarian dengan musik tari dengan suasana terasa yang lebih meriah memberikan kesan kegembiraan yang lebih terlihat jelas. AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 190 FKIP Universitas Lampung B. Ragam Gerak Tari Bedana a. Tahtim Hitungan 1 kaki kanan melangkah ke depan Hitungan 2 kaki kiri melangkah ke depan Hitungan 3 kaki kanan melangkah ke depan, kaki kiri diangkat Hitungan 4 kaki kiri balik ke badan ke kiri Hitungan 5 langkah kaki kanan Hitungan 6 maju kaki kiri diikuti kaki kanan jinjit sebelah kiri Hitungan 7 maju kaki kanan sebelah kaki kiri langsung menarik jongkao sumpah Pada hitungan 1 melangkah setengah meloncat posisi badan tegap gerakan tangan mengayun berlawanan dengan gerak kaki, pandangan ke depan mengikuti arah gerakan kaki b. Humbak muloh Hitungan 1 kaki kanan ke samping kanan Hitungan 2 kaki kiri ke samping kanan mengikuti kaki kanan Hitungan 3 kaki kanan kesamping kanan Hitungan 4 kaki kiri ayun ke depan Hitungan 5,6,7,8 kebalikan hitungan 1,2,3,4 gerak tangan berkelai c. Gelek Hitungan 1 ayun angkat kaki kanan Hitungan 2 langkah kaki kanan Hitungan 3 langkah kiri Hitungan 4 langkah kaki kanan Hitungan 5 mundur kaki kiri Hitungan 6 langkah samping kaki kanan ke kiri Hitungan 7 silang kaki kiri ke depan Hitungan 8 ayun kaki kanan ke depan d. Ayun Hitungan 1 langkah kaki kanan Hitungan 2 langkah kaki kiri Hitungan 3 langkah kanan Hitungan 4 angkat ayun kaki kiri gerakan siku tangan seperti hendak menyikut e. Kesek injing Hitungan 1 langkah kaki kanan Hitungan 2 langkah kaki kiri Hitungan 3 mengangkat kaki kanan diletakkan sebelah kanan kaki kiri jinjit badan merendah Hitungan 4 mengayun kaki kanan ke samping kanan 30 derajat tangan mengepal seperti hendak menyikut f. Kesek Gantung Hitungan 1 langkah kaki kanan ke depan Hitungan 2 langkah kaki kiri ke depan Hitungan 3 ayun kaki kanan geser ke samping kanan 30 derajat Hitungan 4 tarik kaki kanan merapat kaki kiri angkat Gerak kaki kanan bisa dilakukan dengan kaki kiri atau sebaliknya gerakan siku tangan seperti hendak menyikut AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 2, Hal. 178 – 191, Oktober 2017 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni 191 FKIP Universitas Lampung g. Jimpang Hitungan 1 langkah kaki kanan Hitungan 2 langkah kaki kiri Hitungan 3 mundur kaki kanan Hitungan 4 langkah kaki kiri ke kiri gerakan siku tangan seperti hendak menyikut Hitungan 5 langkah kaki kanan Hitungan 6 Putar kaki kiri ke samping kiri Hitungan 7 diikuti kaki kanan balik putar ke kanan sembokh Hitungan 8 angkat kaki kiri ke samping kiri kaki kanan dengan pasti kaki kiri jinjit Gerak angan kimbang h. Belitut Hitungan 1 langkah kaki kanan silang ke kiri Hitungan 2 diikuti kaki kiri di belakang kaki kanan Hitungan 3 langkah kaki kanan silang ke kiri Hitungan 4 maju kaki kanan Hitungan 5 silang kaki kiri ke kanan putar badan Hitungan 6 mundur kaki kanan Hitungan 7 ayun kaki kiri ke depan REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta. Hadikusuma, Kunaryo. Munib, Achmad. Budiono. Suryono, Sawa. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang IKIP Semarang Pres. Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta Pustaka Book Publisher. . 2007. Pendekatan Tari Nonliteral. Yogyakarta Manthili. Hawkins, Alma M. 1990. Creating Through Dance. Los Angeles University Of California. Dialih bahasakan oleh Y. Sumandyo Hadi. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Nasution. 1995. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta Bumi Aksara. Novrida, Nurhayati. 2004. Deskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung Taman Budaya. Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta BPFE. Nursantara, Yayat. 2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. Jakarta Erlangga Robbin, Stephen P. 2007. Organizational Behavior 12th. New Jersey Prentice Hall. Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta Balai Pustaka. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung Tarsito. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam. Bandung Alfabeta. ________ 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Tim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang IKIP Semarang. Usman, Husaini. Setiady Akbar, Purnomo. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta Bumi Aksara. ... Perubahan atau transformasi tari adalah hal yang lumrah terjadi. Misalnya perubahan tari tradisi menjadi tari kreasi Hidayatullah & Bulan, 2017. ...... While Astuti states that in the choreography process, creative potential cannot be ignored, because in the creative process it will manifest something novelty, whether it is not there yet to exist or in the form of a development of the existing one [22]. Meanwhile, Charles and Justin emphasize that choreography is a learning to create dance creatively using dance notation [23]. In the traditional Indang Tagak dance, the structure of the dance is termed an article. ...Siska UdilawatyRisti Puspita Sari HunowuPenelitian ini membahas tentang perubahan koreografi tarian Adat Molapi Saronde menjadi tarian Saronde Kreasi yang ada di kota Gorontalo. Penelitian ini akan berfokus pada perubahan yang terjadi pada koreografi tarian molapi saronde menjadi tarian saronde kreasi karena seiring pekembangan jaman tarian yang biasa hanya dilakukan pada acara adat pernikahan di kalangan raja bangsawan kini menjadi tarian masyarakat yang bisa di selenggarakan untuk acara hiburan seperti acara penyambutan tamu. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui perubahan yang ada pada tarian adat molapi saronde menjadi tarian saronde kreasi serta menganalisis lebih jauh tentang adanya perubahan Gerakan koreografi tarian Molapi Saronde terkait dengan nilai tradisi yang ada di Gorontalo. penelitian ini bersifat kualitatif. Manfaat Penelitian ini memberikan pengetahuan baru kepada generasi milenial dan wisatawan yang ingin mengetahui makna dari setiap perubahan koreografi yang ada pada tarian Molapi Saronde dan tari Saronde Kreasi. Hasil Penelitian ini mengetahui perubahan serta perbedaan tarian Adat molapi saronde menjadi tarian Saronde KreasiProsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka CiptaSuharsimi ArikuntoArikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Tari Teks dan KonteksY HadiSumandiyoHadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta Pustaka Book Publisher. . 2007. Pendekatan Tari Nonliteral. Yogyakarta Through Dance. Los Angeles University Of CaliforniaAlma M HawkinsHawkins, Alma M. 1990. Creating Through Dance. Los Angeles University Of California. Dialih bahasakan oleh Y. Sumandyo Hadi. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta Institut Seni Indonesia NovridaNovrida, Nurhayati. 2004. Deskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung Taman Dalam Pengajaran Bahasa dan SastraBurhan NurgiantoroNurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta Budaya untuk SMA Kelas X. Jakarta Erlangga Robbin, Stephen PYayat NursantaraNursantara, Yayat. 2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. Jakarta Erlangga Robbin, Stephen P. 2007. Organizational Behavior 12 th. New Jersey Prentice Hall. Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta Balai Pustaka. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&DSugiyonoSugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam. Bandung Alfabeta. ________ 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung TimTim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang IKIP Semarang. Playthis game to review Education. Seni berkembang berdasarkan kretivitas manusia yang terus bertumbuh dalam dirinya. Pernyataan tersebut mencerminkan perkembangan seni budaya yang disebabkan oleh..

- Seni tari merupakan salah satu produk budaya yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat. Tarian tradisional yang terdapat di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini karena ada perbedaan budaya pada masing-masing daerah. Menurut modul "Antropologi" terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, seni termasuk seni tari, selalu mewakili dan mengomunikasikan informasi. Dalam konteks seni tari, komunikasi disampaikan dalam bentuk gerakan tubuh dan irama. Seni dipengaruhi oleh berbagai aspek dan kekuatan yang ada di sekitar masyarakat. Inilah yang menyebabkan tiap daerah memiliki ciri khas kesenian, termasuk seni tari. Sebagai negara dengan keberagaman budaya yang banyak, Indonesia memiliki berbagai jenis tarian daerah, seperti berikutTari Tor-tor Tari Tor Tor. wikimediacommons/free/Angeline ClaudiaTari tor-tor merupakan kesenian tari milik masyarakat Batak, Sumatera Utara. Tarian tor-tor biasanya ditampilkan dalam upacara adat, pernikahan, maupun pertunjukkan hiburan. Dalam studi yang diterbitkan pada 2017, pertunjukkan tari tor-tor biasanya diiringi dengan alat musik gendang, suling, dan agung. Gerakan yang ditampilkan sangat sederhana, biasanya mengikuti gerak binatang. Gerakan tangan penari tidak boleh lebih tinggi dari bahu. Apabila dilakukan, penari akan dianggap arogan dan tidak menghormati penonton. Tari Saman Anggota TNI-AL yang tergabung dalam Satgas Rimpac 2018 menampilkan tari saman saat pesta budaya Indonesia di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, Minggu 8/7/2018. ANTARA FOTO/Budi Candra SetyaTari saman adalah tarian khas Provinsi Aceh. Tari saman dilakukan secara berkelompok yang terdiri oleh kurang lebih 10 orang. Menurut Puji Lestari dalam "Antropologi" tarian dibawakan dengan penari yang duduk berlutut dan bersaf. Delapan orang akan menari, sementara dua orang lainnya memberi aba-aba sambil bernyanyi. Tarian ini memiliki gerak yang dinamis dan gerakan tangan menepuk berbagai anggota tubuh. Tari saman biasa ditampilkan saat menyambut tamu maupun acara hiburan. Tari Piring Ilustrasi Tari Piring. foto/istockphotoTari piring adalah tarian tradisional masyarakat Minangkabau di wilayah Sumatera Barat. Melansir laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud tari piring telah dikenal sejak abad ke 12. Pada awal kemunculannya, tari piring digunakan untuk menyembah dewa dan menyampaikan rasa syukur atas panen yang berlimpah. Piring yang menjadi properti tarian digunakan untuk menyiratkan membawa sesaji ke hadapan dewa. Dalam menggambarkan rasa syukur atas panen, ada sekitar 20 gerakan dalam tari ini, meliputi gerakan menanam padi, memanen, hingga menumbuk padi. Tari Gending Sriwijaya Gerak tari Gending Sriwijaya. FOTO/ sriwijaya atau tari gending sriwijaya adalah tarian daerah Sumatera Selatan, tepatnya Kota Palembang. Tarian ini diperkirakan muncul di zaman pemerintahan Jepang, yang digunakan untuk menyambut tamu atau acara resmi. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh wanita. Gerakan tarian menggambarkan kegembiraan gadis-gadis saat menerima kunjungan tamu penting. Tari Payung Penari mementaskan Tari Payung pada pementasan Misi Kesenian dari kabupaten Tasikmalaya di Teater Tertutup Taman Budaya Jabar, Bandung, Jawa Barat, Rabu 19/7. ANTARA FOTO/Agus BebengTari payung adalah tarian tradisional masyarakat Bukit Tinggi Sumatera Barat. Ciri khas tarian ini adalah penggunaan payung dalam gerakannya. Tari payung dibawakan dengan berpasangan dengan pria dan wanita. Tarian ini diiringi oleh alat musik talempong dan saluang. Talempong adalah alat musik perkusi khas minangkabau. Bentuknya seperti kenong dalam gamelan Jawa. Sementara saluang adalah alat musik tiup yang terbiat dari bambu. Tari Penggung CambaiTari penggung cambai adalah tarian daerah Lampung. Mengutip "Antropologi" tarian ini menggambarkan kehidupan masyarakat terutama pergaulan kaum muda yang menjunjung tinggi adat istiadat. Nama tarian ini berasal dari kata penggung yang artinya pegang, dan cambai yang artinya sirih. Daun sirih sendiri merupakan lambang kehormatan yang digunakan sebagai menyambut tamu dalam kebudayaan Melayu. Tari Gambyong Penari unjuk kepiawaian menari Gambyong pada ritual budaya Takir Plontang di Tulungagung, Jawa Timur, Kamis 20/10. Tari Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/aww/ gambyong adalah tarian daerah Jawa Tengah, tepatnya Kota Surakarta. Nama tari ini berasal dari nama penari yang hidup di zaman Susuhunan Paku Buwana IV 1788 1820.Menurut Kemendikbud, sang penari memiliki kemampuan menyanyi dan menari yang dapat memikat para pemuda. Saat ini tari gambyong digunakan dalam acara hiburan dan kesenian. Gerakan tari gambyong menggambarkan karakter wanita yang cenderung halus, lincah, lembut, dan terampil. Tari Ya-FatahTari ya-fatah adalah tarian khas masyarakat Jambi, tepatnya wilayah di sepanjang aliran sungai Batanghari. Tarian ini pada awal kemunculannya digunakan sebagai penyebaran agama Islam. Tarian ini juga ditampilkan dalam upacara pernikahan. Tari Kecak Sejumlah penari tampil saat pembukaan kembali atraksi wisata Tari Kecak Uluwatu di kawasan Uluwatu, Badung, Bali, Sabtu 31/10/2020. Atraksi wisata tersebut kembali dipentaskan empat kali dalam seminggu dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat bagi wisatawan dan seniman setelah sebelumnya ditutup akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/ kecak merupakan tarian khas Provinsi Bali. Tarian ini digunakan untuk pemujaan bagi dewa dan para leluhur. Tarian ini dilakukan secara berkelompok besar. Bebeda dengan tari lainnya di mana alat musik merupakan pengiring utama, tari kecak diiringi oleh suara penari. Laman Kemendikbud menyebutkan, pada tahun 1930-an tari kecak mulai disisipi cerita Ramayana. Saat ini tari kecak tidak hanya menjadi tarian pujian tetapi juga ditampilkan sebagai hiburan wisatawan di Pulau Bali. Tari Remo Tari Remo. wkimedia commons/free/ArifhidayatTari Remo adalah tarian khas masyarakat Jawa Timur. Tarian ini umumnya dilakukan oleh pria yang berkarakter sebagai penari putri. Sang penari menggambarkan karakter perempuan dengan busana selendang, sarung batik, stagen, namun disisipkan keris di Pinggang. Tarian ini digunakan sebagai menyambut tamu dan pertunjukan kesenian. Gerakan tari remo dinamis meliputi gerakan anggukan dan gelengan kepala. Selain itu, ekspresi wajah penari juga menjadi daya tarik tarian ini. Tari remo diiringi dengan gamelan, seperti bonang, saron, gambang, seruling, kenong, kempul, dan juga Profil TMII Taman Kebudayaan Indonesia yang Digagas Tien Soeharto Mengenal Budaya Jawa Barat Rumah Adat, Tarian, & Makanan Khas Mengenal Makna Tari Piring Tarian Budaya Asal Minangkabau - Pendidikan Kontributor Yonada NancyPenulis Yonada NancyEditor Dhita Koesno

Duaprinsip estetis dari tari kelompok adalah kompak dan rampak, ada juga mereka menggunakan gerak yang sama dan tidak jarang mereka membagi diri untuk melakukan gerakan saling mengisi. Dramatari memiliki koreografi drama tari pada umumnya adalah campuran dari ketiga bentuk yang telah di sampaikan di atasyang diikat oleh satu ceritaatau lakon.
ABSTRAK Tujuan penulisan hasil pengabdian kepada masyarakat dengan kegiatan pelatihan seni tari pada anak-anak Pasraman merupakan bentuk implementasi keilmuan dalam proses transformasi kebudayaan dan nilai-nilai keagamaan Hindu. Istilah Kebudayaan berasal dari kata dalam bahasa sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Salah satu kebudayaan yang sampai saat ini masih menjadi daya tarik wisatawan asing maupun negeri adalah seni gerak atau seni tari. Seni tari merupakan salah satu kesenian yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa. Hal inilah yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pelatihan seni tari bagi siswa Pasraman, sehingga para siswa mudah memahami dan mempraktekkan setiap gerakan tarian tersebut. Dalam proses pembelajaran di Pasraman, anak-anak sudah dibekali pengetahuan terkait seni tari, namun dalam pelatihan ini adalah memantapkan kembali pengetahuan anak-anak dalam sisi praktik kesenian. Teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan seni tari ini dilakukan melalui model pelatihan dan pembimbingan secara langsung dengan menekankan kepada proses perancangan proses pelatihan sampai dengan evaluasi kegiatan pelatihan. Melalui tulisan ini sebagai bentuk pengimplementasian ilmu-ilmu yang diperoleh dalam pembelajaran dalam bentuk pengabdian sepenuhnya berlandaskan pada dharma dan yadnya, serta dapat memberikan gambaran terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan dan dapat dilakukan kembali serta dapat menjadi kajian penelitian dimasa mendatang. ABSTRACT Writing the results of community service with dance art training activities in Pasraman children is a form of scientific implementation in the process of cultural transformation and religious values of Hinduism. Culture comes from Sanskrit buddhayah, which is the plural form of Buddhist meaning mind or reason. One of the cultures that are still an attraction for foreign and foreign tourists is the art of motion or dance. Dance is one of the skills that can increase students' creativity. This is the reference in implementing dance training for Pasraman students to understand and practice each dance movement quickly. In the learning process in Pasraman, children are equipped with knowledge related to dance, but this training is to reenter the understanding of children in art practice. Technical implementation of dance art training activities is carried out through a model of training and mentoring directly by emphasizing designing the training process up to the evaluation of training activities. As a form of implementation of the sciences obtained in learning in the form of devotion, this paper is entirely based on dharma and yadnya and can provide an overview related to the performance of training activities and can be done again and can be a research study in the future. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 4, Nomor 2., April 2021. p-ISSN 2614-5251 e-ISSN 2614-526X SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 280 PELATIHAN SENI TARI PADA SISWA PASRAMAN SEBAGAI BENTUK TRANSFORMASI KEBUDAYAAN Ni Wayan Ria Lestari1, I Wayan Agus Gunada1 1Program Studi Pendidikan Agama Hindu, STAHN Gde Pudja Mataran, Mataram, NTB, Indonesia Corresponding author I Wayan Agus Gunada E-mail gunadastahngpmataram Diterima 31 Maret 2021, Disetujui 05 April 2021 ABSTRAK Tujuan penulisan hasil pengabdian kepada masyarakat dengan kegiatan pelatihan seni tari pada anak-anak Pasraman merupakan bentuk implementasi keilmuan dalam proses transformasi kebudayaan dan nilai-nilai keagamaan Hindu. Istilah Kebudayaan berasal dari kata dalam bahasa sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Salah satu kebudayaan yang sampai saat ini masih menjadi daya tarik wisatawan asing maupun negeri adalah seni gerak atau seni tari. Seni tari merupakan salah satu kesenian yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa. Hal inilah yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pelatihan seni tari bagi siswa Pasraman, sehingga para siswa mudah memahami dan mempraktekkan setiap gerakan tarian tersebut. Dalam proses pembelajaran di Pasraman, anak-anak sudah dibekali pengetahuan terkait seni tari, namun dalam pelatihan ini adalah memantapkan kembali pengetahuan anak-anak dalam sisi praktik kesenian. Teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan seni tari ini dilakukan melalui model pelatihan dan pembimbingan secara langsung dengan menekankan kepada proses perancangan proses pelatihan sampai dengan evaluasi kegiatan pelatihan. Melalui tulisan ini sebagai bentuk pengimplementasian ilmu-ilmu yang diperoleh dalam pembelajaran dalam bentuk pengabdian sepenuhnya berlandaskan pada dharma dan yadnya, serta dapat memberikan gambaran terkait pelaksanaan kegiatan pelatihan dan dapat dilakukan kembali serta dapat menjadi kajian penelitian dimasa mendatang. Kata kunci pelatihan; seni; tari; kebudayaan. ABSTRACT Writing the results of community service with dance art training activities in Pasraman children is a form of scientific implementation in the process of cultural transformation and religious values of Hinduism. Culture comes from Sanskrit buddhayah, which is the plural form of Buddhist meaning mind or reason. One of the cultures that are still an attraction for foreign and foreign tourists is the art of motion or dance. Dance is one of the skills that can increase students' creativity. This is the reference in implementing dance training for Pasraman students to understand and practice each dance movement quickly. In the learning process in Pasraman, children are equipped with knowledge related to dance, but this training is to reenter the understanding of children in art practice. Technical implementation of dance art training activities is carried out through a model of training and mentoring directly by emphasizing designing the training process up to the evaluation of training activities. As a form of implementation of the sciences obtained in learning in the form of devotion, this paper is entirely based on dharma and yadnya and can provide an overview related to the performance of training activities and can be done again and can be a research study in the future. Keywords training; art; dance; culture PENDAHULUAN Istilah pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur wajib yang dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi dalam tata kelola pendidikannya. Sehingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat cukup penting untuk dilakukan sebagai media aplikasi dan penyebaran keilmuan. Dalam prosesnya pula kegiatan pengabdian dapat dilakukan dengan jalan pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis yang inti dari prosesnya adalah bentuk diseminasi pengetahuan pada kehidupan praktis di masyarakat. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proses pengabdian kepada masyarakat oleh Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram yang dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Prodi Pendidikan Agama Hindu adalah kegiatan pelatihan seni Tari. Pelatihan dan pembelajaran seni tari dalam proses Volume 4, Nomor 2., April 2021. p-ISSN 2614-5251 e-ISSN 2614-526X SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 281 perancangannya memiliki dua tujuan utama yaitu mengenalkan konsep-konsep tari Bali sebagai bentuk kebudayaan dan seni tari sebagai media pendidikan karakter Hindu. Apalagi dalam proses sejarahnya seni tari di Bali khususnya sangat dipengaruhi oleh pengaruh ajaran agama Hindu yang datang ke Bali Iryanti, 2000, sehingga hal ini tentu dapat diasumsikan bahwa didalamnya terkandung ajaran-ajaran suci Hindu sehingga melalui ajaran Hindu tersebut maka penguatan karakter dilakukan dalam proses pelatihannya. Manusia dan kebudayaan merupakan dua komponen yang berhubungan sangat erat yaitu manusia sebagai pelaku kebudayaan dan kebudayaan sebagai hasil olah cipta manusia yang akan berkembang dan berubah menjadi sebuah peradaban manusia di masa depan. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan masyarakat. Seni tari adalah salah satu bentuk karya seni dan kesenian bagian dari unsur dalam sistem kebudayaan Bali dan Nusantara yang berguna untuk meningkatkan kreativitas anak. Dimana pada pelaksanaannya dalam berlatih menari seorang anak bisa menuangkan emosi, ekpresi dan bebas berkreasi dengan mengkolaborasikan antara seni gerak dan seni musik. Sebagai budaya warisan leluhur, dalam agama Hindu kesenian tari bukan hanya menjadi seni pertunjukan atau hiburan semata, tetapi seni tari sering dihubungkan dengan pelaksanaan upacara keagamaan maupun sebagai penangkal bala. Sesuai dengan keputusan “Seminar Seni Sakral dan Seni Profan Bidang Tari, yang berlangsung di Denpasar tanggal 24-25 Maret 1971, dilihat dari segi fungsinya seni tari dapat diklasifikasikan dalam tari Wali religious dance, tari Bebali cereminial dance dan tari Balih-balihan Djayus, 1980 Tari Wali yang dimaksud dengan tari Wali ialah jenis seni tari sakral yang dilakukan di pura-pura dan di tempat-tempat yang ada hubungannya dengan upacara keagamaan dan sebagai pelaksana upacara yang hanya ditarikan pada hari-hari suci tertentu, Tari Bebali adalah seni tari yang difungsikan dan memiliki status sebagai pengiring dalam upacara serta upakara dalam setiap ritus pelaksanaan yadnya, Tari Balih-Balihan “Balih-balihan” adalah sebuah istilah yang dipergunakan untuk menyebutkan seni tari sekuler di Bali atau lebih kepada istilah profan Suardana, Putra, & Atmadja, 2018. Seiring dengan perkembangan zaman, seni tari khususnya tari bali juga banyak mengalami dinamika atau perubahan namun perubahan dan perkembangan yang terjadi tetap menyesuaikan dengan unsur-unsur serta pakem-pakemnya dan penggunaan properti tradisional sehingga dalam proses pelatihannya mudah untuk diajarkan dan dipraktikkan oleh anak-anak dan masyarakat luas. Pendidikan Pasraman sebagai salah satu jenis pendidikan keagamaan Hindu tentu menjadi media transfer dan transformasi dalam mengkorelasikan antara pengetahuan akademis dengan pengetahuan keagamaan bagi anak-anak Hindu. Jika dilihat kembali bahwa sistem pendidikan Hindu adalah sistem Pasraman atau aguron-guron yang menekankan kepada penguatan tujuan lahiriah dan batiniah yaitu penguatan nilai-nilai spiritualisme Paramartha & Yasa, 2017. Sehingga tentu dalam prosesnya maka karakter keHinduan menjadi fokus utama dalam pendidikan di Pasraman, dimana dalam ajaran agama Hindu nilai-nilai susila sebagai pedoman internalisasi karakter dapat dijumpai dalam teks-teks suci Hindu Gunada, 2020. Sehingga dalam prosesnya maka kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan pada Pasraman Amerta Sanjiwani di Desa Rincung, Kabupaten Lombok Barat. Pemilihan Pasraman sebagai lokasi pengabdian kepada masyarakat mengingat bahwa tujuan pelaksanaan pengabdian adalah internalisasi nilai-nilai ajaran agama Hindu dalam proses pendidikan yang tentu sangat sesuai dengan visi serta misi proses pendidikan keagamaan Hindu pada lembaga pendidikan Pasraman. Secara pragmatis kemudian bahwa kegiatan pengabdian dengan mengambil kegiatan pelatihan seni tari diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu untuk memberikan suasana baru kepada anak-anak Pasraman disaat bosan dalam proses pendidikan daring di masa pandemi covid-19, selain itu pula bahwa tari bali sebagai bagian dari kebudayaan Bali yang sangat kaya akan nilai-nilai ajaran agama Hindu akan dapat menjadi media penguatan pendidikan karakter bagi anak-anak. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini juga sebagai bentuk diseminasi keilmuan lembaga dalam tujuannya untuk menjadi pusat kajian agama Hindu sehingga melalui kegiatan-kegiatan pengabdian maka implementasi ajaran-ajaran agama Hindu dapat dilakukan dan disebarkan bagi komunitas umat Hindu. METODE Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang penting karena merupakan aplikasi keilmuan dan implementasi ilmu dalam tataran teori pada tataran praktik Gunada & Pramana, 2021. Berkaitan dengan kegiatan pelatihan tari ini Volume 4, Nomor 2., April 2021. p-ISSN 2614-5251 e-ISSN 2614-526X SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 282 maka proses kegiatan pengabdian dilakukan dengan tetap mengedepankan aplikasi protokol kesehatan karena kegiatan pengabdian dilakukan pada masa-masa pandemi virus covid-19. Dapat dijelaskan bahwa rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan pada Pasraman Amerta Sanjiwani yang merupakan bentuk lembaga pendidikan keagamaan Hindu. Adapun waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 18-24 September 2020, sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat pelatihan seni tari adalah anak-anak peserta didik Pasraman yang berjumlah 40 siswa baik laki-laki dan perempuan. Gambar 1. Observasi Tim Pengabdian ke Lokasi Pasraman Secara garis besar proses kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut Tahap persiapan pelatihan seni tari pada siswa pesraman yaitu dimulai dengan mengadakan observasi ke lokasi kegiatan yaitu di Pasraman Amerta Sanjiwani, Dusun Rincung, Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat seperti terlihat pada Gambar 1., dilanjutkan dengan pengadaan atau persiapan alat-alat penunjang yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan tari seperti sound system dan tempat pelaksaan kegiatan, penyusunan jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya benturan dengan kegitan yang lainnya. Adapun tahap pelaksanakaan pelatihan tari pada siswa parsraman diantaranya memilih siswa siswi yang akan mengikuti pelatihan tari, membagi peserta menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok anak laki-laki dan perempuan. memitivasi dan memberikan arahan agar para siswa mengikuti dengan teratur dan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan serta bersungguh-sungguh dalam mempraktekkannya dan melaksanakan pelatihan tari secara bertahap mulai dari Gerakan dasar sampai selesai. Tingkat keberhasilan pelatihan ini bisa kita lihat dari kemampuan siswa dalam mempraktekkan seluruh gerakan dalam suatu tarian mulai dari gerakan dasar dan kekesuaian antara gerak tubuh, kepala, mata,tangan dan kaki sehingga siswa mampu membawakan sebuah tarian tanpa ada kasalahan. Secara garis besar proses kegiatan secara umum dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 2. Berikut Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan pada Pelatihan Tari Bali HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan pembelajaran seni tari pada siswa Pasraman meliputi pemantapan kembali seni tari yang telah diperoleh siswa berupa pelatihan dasar olah tubuh serta Teknik menari yang benar. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan nantinya siswa Pasraman dapat terus mengambangkan kreativitas dan tetap melestarikan budaya leluhur. Pelatihan ini juga memberikan inovasi bagi para siswa agar nantinya mereka dapat menciptakan tari kreasi baru namun tidak menghilangkan unsur-unsur budaya tradisional yang menjadi dasar dalam mengembangkan tarian kreasi bernuansa modern. Secara teori bahwa perkembangan dan pengaruh ajaran agama Hindu dalam seni tari begitu kuat, sehingga konsep, nilai-nilai dan ajaran agama Hindu juga ditemukan dalam konsep pembentukan tari bali yaitu konsep tri angga sebagai pengembangan ajaran tri hita karana, dalam gerakan-gerakannya maka terdapat dua jenis gerakan yaitu gerakan maknawi yang didalam gerakan-gerakannya mengandung berbagai nilai filosofis dan gerakan murni yang memang terbentuk karena nilai keindahan keseniannya Dewi & Satria, 2020. Pada dasarnya pelatihan tari ini bertujuan untuk memantapkan kembali pengetahuan seni anak-anak Pasraman yang telah mereka peroleh dari para acarya guru Pasraman. Namun pelatihan ini sebagai salah satu upaya untuk memantapkan kembali pengetahuan tersebut, sehingga anak-anak Tahap Perancangan Kegiatan Pengabdian Tahap Analisis Desain Pelatihan Seni Tari Tahap Pelaksanaan Kegiatan pelatihan seni tari Tahap Evaluasi Pelatihan Volume 4, Nomor 2., April 2021. p-ISSN 2614-5251 e-ISSN 2614-526X SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 283 Pasraman lebih mudah dalam mempelajari dan memahami makna dari setiap gerakan yang terdapat dalam sebuah tarian. Dalam sebuah kesenian, seni tari juga dibentuk berdasarakan elemen atau unsur-unsur tertentu, terdapat banyak unsur yang terkandung dalam sebuah tarian , seperti musik gambelan, busana, tata rias, tata panggung yang tentu berbeda antara tarian satu dan lainnya Susanti, 2015. Diantara beberapa unsur tersebut terdapat satu unsur yang yang harus diperhatikan oleh seorang penari yaitu Gerakan dasar tari. Gerakan dasar ini melibatkan hampir semua bagian tubuh seperti kepala, mata, tangan sampai kaki. Dalam sebuah tarian terdapat dua gerakan dasar yaitu gerak stilatif dan distortif. Gerak stilatif merupakan proses mengolah suatu gerak tarian menjadi lebih halus dan indah. Sementara itu, gerak distorsif marupakan gerak tari yang diolah dengan mempertahankan keasliannya dan dirombak yang sering disebut stilasi perubahan gerak tanpa meninggalkan gerak aslinya. Seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan 4. berikut Gambar 3. Bentuk Gerakan Dasar Seni Tari pada anak laki-laki Pelatihan yang tepat dan sesuai dalam sebuah pengajaran dan pelatihan seni tari tentu hal utama yang harus diperhatikan dan difokuskan oleh seorang pelatih tari. Hal ini dikarenakan dalam tari Bali begitu banyak gerakan-gerakan yang menjadi gerak dasarnya. Sehingga perlu adanya pemahaman dan pemilihan model pelatihan akan sangat menunjang dalam pembentukan keterampilan menari bagi anak-anak. Menurut teorinya bahwa terdapat sejumlah istilah nama gerak dasar tari bali diantaranya Ragam gerak itu antara lain Miles, Mungkah lawang, Agem, Seledet, Luk nerudut, Ngelangkar, Ngotog, Ulap–ulap, Ombak angkel, Ngejat pala, Ngelo, Nyeregseg, Ngumad, Ngumbang, Kidang rebut muring, Milpil, Lasan megat yeh, Ngepik, Tanjek panjang, Ngenjet, Ngubit, Gulungangsul, Ngengsog, Ngelus, Ngeliput, Ngepel, Nyegut, Mentang laras, Durga, Ngelung kiri, Gelatik nuut papah, Lembu anongo Erawati, 2018. Gambar 4. Bentuk Gerakan Dasar Seni Tari pada anak perempuan Dasar dari berlatih seni tari Bali adalah agem, Tandang dan tangkep Dewantara, Crisnapati, Kesiman, & Darmawiguna, 2013. Istilah agem mengacu kepada makna sikap dasar, tandang adalah gaya mengacu kepada gerak gerik dan tandang adalah ekspresi yang menggambarkan emosi dalam gerakan Dewi & Satria, 2020. Agem merupakan sikap pokok dalam tari bali. Dalam tari bali agem dibedakan menjadi dua, yaitu agem kanan dan agem kiri Dewi, Hartawan, & Sukajaya, 2019. Terdapat perbedaan agem pada tari laki-laki dan tari perempuan yaitu terlihat dari visualisasinya yaitu bentuk dan sikap kaki serta sikap tangan dan bentuk sikap baik dari posisi bahu dan dada Sama, 2013 Gambar 5. Pembimbingan secara langsung oleh pelatih. Dalam prosesnya pelatihan dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembimbingan secara langsung oleh pelatih kepada seluruh peserta didik seperti yang terlihat pada Gambar 5. Hal ini sesuai dengan Volume 4, Nomor 2., April 2021. p-ISSN 2614-5251 e-ISSN 2614-526X SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 284 pendekatan internalisasi penguatan karakter bahwa dalam prosesnya harus tetap memperhatikan interaksi yang mendalam oleh pendidik kepada peserta didik sehingga tercipta pelibatan siswa yang aktif untuk mengembangkan penguatan karakter Zubaedi, 2013. Pada pelaksanaan pelatihan tari Bali bagi anak-anak maka dilakukan pula bentuk evaluasi secara langsung yaitu dengan mengamati sejauh mana peserta pelatihan mampu menyerap berbagai teori dan pengetahuan praktek. Dalam prosesnya juga dilakukan pelibatan peserta pelatihan secara aktif dengan melakukan model tutor sebaya dimana salah satu peserta pelatihan dijadikan sebagai seorang pelatih untuk melatih langsung teman-temannya terlihat seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Model Tutor Sebaya dalam pelatihan tari SIMPULAN DAN SARAN Melihat antusiasme dari anak-anak prasraman amerta sanjiwani dalam mengikuti kegiatan pelatihan tari, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dikatakan berjalan lancar dan terlaksana sesuai yang diharapkan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak terutama dari guru Pasraman, dan masyarakat sekitar. Namun tentu harus jujur dikatakan bahwa dengan situasi pandemi covid-19 dan protokol kesehatan yang harus diberlakukan sedikit banyaknya telah mempengaruhi proses pelatihan sehinggga dapat dikatakan proses pelatihan kurang maksimal namun sebagian besar sudah sesuai dengan yang dirancang. Oleh karenanya untuk memaksimalkan proses yang sudah berjalan tentu kegiatan pelatihan harus dilakukan secara terus menerus kedepannya. Partisipasi aktif antara tim pengabdian dan seulurh komponen masyarakat sebagai sasaran pengabdian kepada masyarakat dan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya anak diajarkan untuk melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya. Disinilah pentingnya sinergi antara orang tua dan masyakat untuk memfasilitasi keterampilan mereka sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga kedepannya mereka akan mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sehingga harapannya keterampilan yang sudah dikuasai juga didalamnya timbul kesadaran untuk mengembangkan dan menguatkan karakter sebagai fokus utama dalam proses pendidikan. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih diucapkan kepada lembaga STAHN Gde Pudja Mataram karena telah memberikan kesempatan kepada Tim untuk dapat melaksanakan kegiatan pengabdian. Terima kasih pula disampaikan kepada Pengurus dan seluruh komponen masyarakat di dusun Rincung, Kabupaten Lombok Barat dan Pasraman Amerta Sanjiwani karena telah turut serta dalam berperan dan membantu seluruh rangkaian kegiatan sehingga dapat berjalan sesuai dengan perencanaan. DAFTAR RUJUKAN Dewantara, I. M. A. Y., Crisnapati, P. N., Kesiman, M. W. A., & Darmawiguna, I. G. M. 2013. Augmented Reality Book Pengenalan Gerak Dasar Tari Bali. Karmapati, 28, 27–33. Dewi, I. A. G. P., & Satria, I. K. 2020. Konsep Tri Angga Dalam Belajar Teknik Tari Bali. Widyanatya Jurnal Pendidikan Agama Dan Seni, 21, 39–46. Dewi, L. I. P., Hartawan, I. G. N. Y., & Sukajaya, I. N. 2019. Etnomatematika Dalam Tari Bali Ditinjau Dari Klasifikasi Tari Bali. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika Indonesia, 81, 39–48. Djayus, I. N. B. . 1980. Teori Tari Bali 1st ed.. Denpasar CV. Kayumas Agung. Erawati, N. M. P. 2018. Mengenal Ragam Gerak Dan Jalinan Estetika Tari Bali. Widyadari Jurnal Pendidikan, 192, 1–8. Retrieved from Gunada, I. W. A. 2020. Ajaran Agama Hindu Dalam Geguritan Candrabherawa Sebagai Penguatan Pendidikan Volume 4, Nomor 2., April 2021. p-ISSN 2614-5251 e-ISSN 2614-526X SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 285 Karakter. Kamaya Jurnal Ilmu Agama, 32, 102–119. Gunada, I. W. A., & Pramana, I. B. K. Y. 2021. Desain Pelatihan Menggambar Ornamen Bali Sebagai Implementasi Nilai Pendidikan Agama Hindu. Jurdimas Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 41, 77–84. Iryanti, V. E. 2000. Tari Bali Sebuah Telaah Historis. Harmonia - Journal of Arts Research and Education, 12, 75–90. Paramartha, W., & Yasa, I. W. S. 2017. Mengungkap Model Pendidikan Hindu Bali Tradisional Aguron-guron. Mudra, 321, 131–140. Sama, I. W. 2013. Estetika Tari Oleg Tamulilingan. Terob Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 46, 114–123. Suardana, G., Putra, i N. D., & Atmadja, N. B. 2018. “The Legend of Balinese Goddesses” Komodifikasi Seni Pertunjukan Hibrid dalam Pariwisata Bali. Jurnal Kajian Bali Journal of Bali Studies, 081, 35–52. Susanti, D. 2015. Analisis Tari Manjolang Sonjo Di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Koba Jurnal Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik, 022, 62–72. Retrieved from Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter 1st ed.; Zubaedi, Ed.. Jakarta Kencana Prenada Media Group. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this E IryantiIryanti, V. E. 2000. Tari Bali Sebuah Telaah Historis. Harmonia -Journal of Arts Research and Education, 12, 75-90. 846I W SamaSama, I. W. 2013. Estetika Tari Oleg Tamulilingan. Terob Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 46, 114-123. Legend of Balinese GoddessesG SuardanaN D PutraN B AtmadjaSuardana, G., Putra, i N. D., & Atmadja, N. B. 2018. "The Legend of Balinese Goddesses" Komodifikasi Seni Pertunjukan Hibrid dalam Pariwisata Bali. Jurnal Kajian Bali Journal of Bali Studies, 081, Tari Manjolang Sonjo Di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Koba Jurnal Pendidikan Seni DramaD SusantiSusanti, D. 2015. Analisis Tari Manjolang Sonjo Di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Koba Jurnal Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik, 022, 62-72. Retrieved from article/view/1213 RnsK7B7. 447 460 388 188 473 74 139 411 283

salah satu bentuk transformasi tarian adalah